Seperti apakah sebenarnya kondisi ruh kita nanti? Jawabannya adalah  Wallahu a’lam. Namun demikian, Allah SWT memberikan sedikit gambaran dan  penjelasan melalui Hadis-hadis Rasulullah SAW.
Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا(85)
“Dan  mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh  itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang  hal itu kecuali sedikit.”
Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT  hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan  dengan ruh ini.
Nah, informasi yang sedikit inilah yang akan kita coba  sampaikan kembali kepada hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimulian  Allah SWT.
Di antara informasi yang telah sampai kepada kita dari baginda Rasulullah SAW berkaitan dengan ruh ini, di antaranya adalah:
1.  Ruh orang beriman seperti burung terbang berwarna kehijauan, tinggal di  dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya yang terbuat dari bahan seperti  emas di bawah ‘Arasyi. Nabi SAW bersabda tentang para syuhada yang gugur  dalam perang Uhud:
(جعل الله أرواحهم فى أجوافِ طيرٍ خضرٍ تَرِدُ أنهارَ الجنةِ وتأكل ثمارَها وَتَأْوِيْ إلى قناديل من ذهب في ظلال العرش)
“Allah  menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan.  Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan  tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.”  (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)
2. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui orang yang menziarahi kuburnya. Nabi SAW bersabda:
(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
“Tidak  seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal  selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam  untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis  Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab
Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
(سألت  أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى بعضنا  بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ طيرا  تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
“Ummu  Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling  mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang  lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi  seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai  jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya  masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang  yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang  menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya.  Nabi SAW bersabda:
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
“Tidak  seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya  (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga  dia berdiri meninggalkan
kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah  dalam kitab Al-Qubûr).
5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui  keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan  sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan  keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka. Nabi SAW  bersabda:
1. )إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان  خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما  هديتنا)
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada  karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika  perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika  selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau  matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti  engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
2.  (تعرض الأعمال يوم الإثنين ويوم الخميس على الله، وتعرض على الأنبياء وعلى  الآباء والأمهات يوم الجمعة فيفرحون بحسناتهم وتزداد وجوههم بياضا وإشراقا  فاتقوا الله ولا تؤذوا أمواتكم)
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan  kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada  para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan  baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar  terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian  menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi  dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturuanan mereka yang shaleh.
)وَالَّذِينَ  آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ  ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ  امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ(
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu  mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan  anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka  sedikitpun. Setiap orang terkait denga apa yang telah dia kerjakan.”  (At-Thur: 21)
7. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT bagaikan melihat bulan purnama.
(عَنْ  أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا  يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي  الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ  فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا  لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ  رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا) رواه  البخاري ومسلم.
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat  bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita  pada hari kiamat? Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala  melihat matahari di sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para  sahabat.
Rasulullah kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat  bulan di malam purnama yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat.  Raulullah SAW melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya,  kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian  melihat matahari atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari  penjelasan beberapa dalil yang telah kita sebutkan tadi, ada beberapa  kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya adalah pendapat Ibnul  Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan  menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di  dalam liang kubur di dalam tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh  punya keterkaitan khusus dengan jasadnya.
Di mana jika ada yang  mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya. Ruh berada di suatu  alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul  `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya  Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan detail-detailnya.
Dari  dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah  berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh  mereka.Source


21:18
mroly
 Posted in: